Sudah tentu umat penghayat agama Malesung mengetahui cerita mengenai seorang mangala'ung (gadis) yang bernama Pamagiyan atau Pandagian. Kisah Magiyan atau biasa juga disapa Keke Pandagian ini mengungkap salah satu narasi ketaatan umat penghayat Malesung yang sangat terkenal di zaman lampau.
Magiyan ialah gadis yang suka akan pertemuan-pertemuan Mawinson. Dalam Mawinson orang-orang mengeluh-eluhkan nama Apo Kasuruang Wangko atau Tuhan Maha Besar Sumber Segalanya. Yang berkarya sangat luar biasa, bahkan tak bisa terukur, bagi segala mahluk dan alam semesta.
Menurut kebiasaan pada masa itu, kegiatan tersebut dilakukan pada malam hari. Rupanya pengagungan nama Yang Maha Esa ini menjadi kesukaannya meski dilakukan bermalam-malam dalam beberapa hari.
Sayangnya, keluarganya tak terlalu mendukung aktifitas religius anak gadis ini. Barangkali mereka keberatan menunggu kepulangan anak mereka sampai jauh malam. Barangkali anggapan mereka, ibadah dimana Magiyan ikutserta hanyalah sia-sia dan membuang banyak waktu sahaja. Suatu waktu ia ditolak orangtuanya naik ke rumah. Tangga sudah diangkat. Sebagaimana lazimnya kala itu, tangga ditarik ke atas bila orang-orang akan tidur malam.
Malam kian larut. Meskipun ia memohon-mohon, orangtuanya tetap tak mengizinkan dia naik. Dia pun pergi ke rumah pamannya. Juga ditolak. Kesempatan terakhirnya adalah tidur di rumah kakek dan neneknya. Namun, dia malah disuruh tidur dengan ternak-ternak. Tidurnya pun sangat tak nyaman. Tersiksa dengan keadaan itu dia mulai mareindeng, berdoa sambil menyanyi mengagungkan nama Pencipta. Dia memelas dan memohon belas-kasih dari Empung Wailan Wangko, Tuhan Yang Maha Kaya. "O Opo Riamasan, tontonan me ahran aku. Wen memo ipareho," katanya berharap.
Sang Pencipta Bumi dan Langit pun mendengar. DiturunkanNya tangga dari langit. Diangkatnya Magiyan ke tempat kekal dambaan setiap insan bumi. Ketaatan Magiyan diingat Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia diangkat hidup-hidup. Kemudian diberi tugas mulia. Tubuhnya dijadikan benda-benda langit yang sangat berfaedah bagi umat manusia.
Magiyan adalah salah satu panutan kita sebagai umat penghayat agama Malesung dalam ketaatan. Karena kegemarannya merasakan kehadiran Tuhan dia menyisihkan waktu banyak dalam ritus dan pemujaan. Meski ditentang orang, keluarga terdekat, ketaatannya tidak menyusut. Pun ketika dibenci orang-orang yang dia kasihi. Bagi dia Tuhan adalah segalanya. Hanya kepada Tuhanlah dia menyerahkan ketaatan sejati.
Magiyan ialah gadis yang suka akan pertemuan-pertemuan Mawinson. Dalam Mawinson orang-orang mengeluh-eluhkan nama Apo Kasuruang Wangko atau Tuhan Maha Besar Sumber Segalanya. Yang berkarya sangat luar biasa, bahkan tak bisa terukur, bagi segala mahluk dan alam semesta.
Menurut kebiasaan pada masa itu, kegiatan tersebut dilakukan pada malam hari. Rupanya pengagungan nama Yang Maha Esa ini menjadi kesukaannya meski dilakukan bermalam-malam dalam beberapa hari.
Sayangnya, keluarganya tak terlalu mendukung aktifitas religius anak gadis ini. Barangkali mereka keberatan menunggu kepulangan anak mereka sampai jauh malam. Barangkali anggapan mereka, ibadah dimana Magiyan ikutserta hanyalah sia-sia dan membuang banyak waktu sahaja. Suatu waktu ia ditolak orangtuanya naik ke rumah. Tangga sudah diangkat. Sebagaimana lazimnya kala itu, tangga ditarik ke atas bila orang-orang akan tidur malam.
Malam kian larut. Meskipun ia memohon-mohon, orangtuanya tetap tak mengizinkan dia naik. Dia pun pergi ke rumah pamannya. Juga ditolak. Kesempatan terakhirnya adalah tidur di rumah kakek dan neneknya. Namun, dia malah disuruh tidur dengan ternak-ternak. Tidurnya pun sangat tak nyaman. Tersiksa dengan keadaan itu dia mulai mareindeng, berdoa sambil menyanyi mengagungkan nama Pencipta. Dia memelas dan memohon belas-kasih dari Empung Wailan Wangko, Tuhan Yang Maha Kaya. "O Opo Riamasan, tontonan me ahran aku. Wen memo ipareho," katanya berharap.
Sang Pencipta Bumi dan Langit pun mendengar. DiturunkanNya tangga dari langit. Diangkatnya Magiyan ke tempat kekal dambaan setiap insan bumi. Ketaatan Magiyan diingat Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia diangkat hidup-hidup. Kemudian diberi tugas mulia. Tubuhnya dijadikan benda-benda langit yang sangat berfaedah bagi umat manusia.
Magiyan adalah salah satu panutan kita sebagai umat penghayat agama Malesung dalam ketaatan. Karena kegemarannya merasakan kehadiran Tuhan dia menyisihkan waktu banyak dalam ritus dan pemujaan. Meski ditentang orang, keluarga terdekat, ketaatannya tidak menyusut. Pun ketika dibenci orang-orang yang dia kasihi. Bagi dia Tuhan adalah segalanya. Hanya kepada Tuhanlah dia menyerahkan ketaatan sejati.
Comments
Post a Comment