Malesung: Kapan Jadi Nama Agama Asli Minahasa?

tetua berbagi informasi tentang Malesung 

Ada semacam anggapan dari orang-orang Minahasa kebanyakan hari ini bahwa sebelum orang Minahasa bergaul dengan bangsa-bangsa lain dari Eropa, orang Minahasa katanya belum memiliki agama. Bahkan, mereka kira orang Minahasa juga tak bertuhan, tidak menyembah Yang Maha Kuasa. Intinya, orang Minahasa di zaman dulu dianggap manusia-manusia tanpa keyakinan atau kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap sebagai Yang Maha Tinggi atau Pencipta. Makanya di media sosial banyak juga yang protes ketika Malesung disebut sebagai agama Minahasa. Alasannya Malesung itu, mereka bilang, adalah nama lama Minahasa. Bukan nama sistem kepercayaan apalagi agama. 

Seandainya orang-orang itu mengerti benar apa itu agama dan kepercayaan serta budaya, barangkali pemahaman mereka tentang Malesung akan berubah juga. Karena agama dan budaya dalam banyak konteks tidak bisa dipisahkan. Dua hal itu justru lebih banyak menyatu. Walaupun ada upaya keras untuk diceraikan. Ada upaya keras dan tegas menolak kehadiran bangsa Eropa dengan agamanya karena para leluhur Minahasa tahu bahwa agama dari luar agama memecah belah keluarga bahkan orang Minahasa secara keseluruhan.

Dan sekiranya juga pihak itu mencoba sedikit membaca tulisan-tulisan terkait kebudayaan Minahasa maka akan ditemukan fakta bahwa sebetulnya saat para misionaris atau penyebar agama Kristen (yang datang bersamaan dengan misi penjajahan) tiba di tanah Malesung (Minahasa), mereka pun tahu dan mencatat bahwa sudah agama atau sistem kepercayaan yang kuat disini. 

Hanya saja, menurut pendapat mereka, apa yang diyakini orang Minahasa saat itu adalah agama yang penuh kesesatan. Maklumlah kalau mereka berpandangan seperti itu. Para misionaris  Kristen itukan berasal dari luar, orang baru, tidak mengerti sepenuhnya dan memang punya misi untuk menaklukan dan merubah tatanan yang sudah ada.  Lalu menggantinya dengan apa yang mereka bawa dari Eropa.

Kembali ke pertanyaan awal: sejak kapan Malesung identik dengan nama agama dari Minahasa? Begini, di zaman dulu itu segala hal relatif dijelaskan secara sederhana. Tidak seperti sekarang yang semua harus dikenali, dipecah-pecah dan diberi label atau nama tertentu. Namanya selalu hadir belakangan kalau memang dibutuhkan. 

Ketika kata Minahasa diucapkan maka umumnya dalam bayangan orang luar atau sekitar adalah orang yang umumnya berkulit terang, beragama Kristen, tinggal di beberapa kabupaten dan kota di Sulawesi Utara dan memiliki tarian Maengket serta Kawasaran. Pandangan seperti ini bisa dibenarkan. Walaupun mengabaikan fakta bahwa hari ini tidak semua orang Minahasa berkulit putih, beragama Kristen, dan hanya memiliki tarian sebagaimana disebutkan di atas. Minahasa memiliki hal-hal lebih dari itu. Jadi, yang kita tangkap ketika kata Minahasa disebutkan adalah adanya tiga hal: orang, keyakinan/agama dan wilayah. Ketiganya atau salah satu darinya selalu sama dengan Minahasa. Walaupun pandangan itu hari ini tak sepenuhnya benar.

Perkawinan adat Minahasa di era modern
Malesung adalah nama yang dikenakan sebelum nama Minahasa dipopulerkan dan tercatat dalam dokumen-dokumen masa penjajahan. Sama seperti kata Minahasa, hanya berbeda masa, kata Malesung juga mencakup tiga hal, yakni tanah, orang dan kebudayaan (termasuk sistem kepercayaan/agama) yang dianut oleh orang yang tinggal di atas tanah itu. Di zaman itu, meski berbeda tatacara (Teratak Foso), orang Minahasa tempo dulu memiliki satu keyakinan atau agama. Kalau ditanya apa nama agama orang Minahasa sebelum penjajahan, jawaban ya agama orang Malesung. Pendeknya ya Malesung. Tentu kata Minahasa kini tak bisa menjadi nama agama seperti kata Malesung tempo dulu. Karena faktanya di Minahasa hari ini, meski mayoritas Kristen, ada beragama agama atau kepercayaan yang hidup. Termasuk agama tua Minahasa: Malesung. Masihkah anda mau bilang, "Loh tidak bisa. Malesung nama suku bukan agama"?. Ada contohnya. Yahudi adalah agama sekaligus suku.

Orang Minahasa tempo dulu tidak memberi nama pada sistem kepercayaannya. Karena ada kesatuan utuh tak terpisahkan antara keyakinan, orang, tanahnya. Di zaman itu, orang Malesung belum mengenal bahkan menganut agama atau keyakinan serta kebudayaan lain. Ya kalau ditanya orang apa ya jawabnya orang Malesung (tou Malesung). Kepercayaannya apa yang Kepercayaan Malesung (Paemanan/Kanaramen Malesung). Wilayahnya namanya apa ya tanah Malesung (Tana' Malesung). Dengan demikian, hari ini kalau ditanya "agamamu apa" kepada warga yang masih menganut kepercayaan Minahasa yang telah ada sebelum masa kolonial, tidak salah kalau dijawab "Malesung".

Kata Malesung sebetulnya telah banyak disebut sebagai sistem kepercayaan oleh penulis dan penyunting Minahasa sendiri. Antara lain H.M. Taulu dan Benjamin Supit. Taulu menyebut sistem kepercayaan Minahasa dengan agama Malesung. Sedangkan Supit menyebutnya Agama Posan Malesung. Seperti sudah dipaparkan sebelumnya bahwa sejatinya penulis barat mengakui sudah ada agama asli Minahasa sebelum kedatangan mereka. Mereka berupaya memberi nama pada sistem kepercayaan asli Minahasa untuk mempermudah dalam merujuk dan mengidentifikasi. Nama-nama itu antara lain: agama asli, agama alifuru, agama kaper (kafir), agama berhala, kepercayaan animisme-dinamisme, dan lain sebagainya. Nama-nama itu tentu saja bukan bertujuan sebagai definisi baik atau netral, melainkan lebih berupa stigma negatif untuk kepentingan misi dan penjajahan.

Di masa kini, dalam dunia akademis, pertanyaan "apa agamamu?" tentu perlu dijawab dengan jelas dan tegas. Sebagai penghayat kepercayaan Malesung kami menjawab pertanyaan itu dengan: "nama agama atau kepercayaan kami Malesung". Sejak kapan nama itu digunakan sebagai nama agama asli Minahasa? Jawabannya: sejak ada kebutuhan bahwa sistem kepercayaan Minahasa harus memiliki nama.


Comments