Mengenai Tingkap-Tingkap Langit (Bagian 3)


Langit Kalawakan atau Owakan
 
Langit Kalawakan atau Owakan dipimpin oleh Apo atau Opo Kumokomba. Sifat langit adalah api semangat dan pertolongan, namun juga yang merampas dan memberi celaka dalam kehidupan. Pemimpin langit ini yang memegang kuasa pertolongan, perlindungan dan kekuatan, namun yang juga memberi kelemahan dan celaka. 

Adapun Apo atau Opo  Muntu-untu yang mengukur dengan tongkatnya seberapa besar yang dibutuhkan oleh manusia dan alam yang meminta pertolongan, akan meneruskannya kepada Apo atau Opo  Kumokomba di Kalawak atau Owakan dan Apo Atau Opo  Kopero di Kapataran. 

Kalawakan atau Owakan ini adalah tempat dimana Apo atau Opo  Kumokomba membicarakan masalah bantuan dan pertolongan yang sudah ditakar oleh Apo atau Opo  Muntu-untu untuk kebutuhan manusia dan alam, dengan Apo atau Opo  lainnya yang mempunyai kuasa dalam bidang mereka masing-masing. Demikianlah pertolongan, bantuan dan perlindungan ditentukan dan diberikan melalui langit Kalawakan atau Owakan ini. 

Di tempat ini pula ditentukan hukuman dan ganjaran apa yang harus diberikan kepada manusia yang sudah mendapat pertolongan namun yang sudah dimanfaatkan salah atau yang lupa daratan. Hubungan ke atas langit ini adalah ke Kasendukan. Sedangkan hubungan ke bawah adalah ke Kayoba'ang Malesung.

Maka tugas pokok para Apo atau Opo  di Kalawakan atau Owakan adalah memberi bantuan, kekuatan dan perlindungan, sesuai sifat kebutuhan yang memohon. Juga untuk memberi ganjaran peringatan bagi mereka yang ditolong namun memanfaatkan salah. 

Bila manusia itu tidak berubah, maka kematian akan menimpahnya.Di Kalawakan atau Owakan ini proses persiapan tuduhan kepada mu’kur atau muku’d manusia dipersiapkan sebelum manusia tersebut dibatasi atau dikurangi hidupnya. Maka manusia yang hidup lurus pun selama di kayoba'ang dan meninggal di dalam ketenangan, tetap akan disusun apakah ada tuduhan atasnya. 

Maka penyusunan tuntutan itu disusun berdasarkan tuntutan-tuntutan para Apo atau Opo  yang sudah menyalurkan kuasa pertolongan mereka kepada calon tertuduh. Juga tuntutan dan tuduhan dari mereka yang menderita atau menjadi korban akibat tindakan perbuatan calon tertuduh. Maka mereka itu adalah manusia, tumbuhan dan seluruh benda di alam kayobaan Malesung.

Maka umur manusia calon tertuduh itu akan diteruskan kepada Apo atau Opo  Tantumoitow di langit Sinayawan yang berkuasa untuk memperpendek dan memperpanjang umur manusia atau benda hidup kayoba'ang lainnya. Maka di pengadilan Kasendukan, Apo atau Opo  Kumokomba bertindak sebagai penuntut. 

Dia dibantu Apo atau Opo  Kerito. Maka Apo atau Opo Kerito ini, bagian tubuh atasnya terdiri dari daging dan tubuh bawahnya dari batu. Ini mengartikan, Kerito adalah Apo atau Opo  yang hidupnya abadi (lambang batu) namun perasaan dan cara berpikirnya adalah sama dengan manusia. Apo atau Opo  Kerito mendampingi Apo atau Opo  Kumokomba yang memberi pandangan dari segi perasaan dan pernikahan manusia.

Maka Apo atau Opo  Kumokomba melambangkan Apo atau Opo  yang menguasai kuasa kegaiban. Maka semakin besar kuasa pertolongan yang diberikan kepada manusia, semakin besar pula syarat-syarat yang harus dipenuhi manusia dan semakin besar pula penilaian tuduhan akan diberikan.

Langit Sinayawan

Langit Sinayawan dipimpin oleh Apo atau Opo  Tantumoitow atau Panditantow. Sifat langit adalah api yang membatasi kehidupan. Maka setiap manusia, sejak masih dalam kandungan perempuan, oleh Apo atau Opo  Tantumoitow sudah dibuat sebuah tongkat untuk menentukan umur hidupnya. 

Langit Sinayawan ini merupakan gudang yang penuh berisi dengan tongkat-tongkat nasib umur. Maka jumlah tongkat tersebut adalah sama dengan jumlah manusia di Malesung, termasuk mereka yang sudah terbentuk dalam kandungan perempuan. Setiap manusia itu sudah ditentukan batas umurnya dengan tanda-tanda yang digariskan pada tongkatnya di langit Sinayawan. Hubungan ke atas langit ini adalah nenunggu keputusan dari Kasendukan. Sedangkan hubungan ke bawahnya adalah melaksanakan tugas sesuai fungsinya.

Maka penentuan batas umur ini ditentukan di Kasendukan. Apo atau Opo  Tantumoitow dengan para pembantunya bertugas untuk mencabut nyawa, yaitu melepaskan mu’kur atau muku’d manusia dari awak atau owak atau tubuhnya. 

Namun Apo atau Opo  ini mempunyai kuasa tersendiri pula untuk memberi kesempatan terakhir kepada manusia. Maka secara normal, manusia itu sudah ditentukan masa waktu hidupnya oleh Apo atau Opo  Tantumoitow.

Namun ia juga harus melaksanakan keputusan dari Kasendukan yaitu memperjuangkan umur Apo atau Opo Karena amal dan perbuatan baik, karena manusia  itu bermanfaat bagi kepentingan keseimbangan hidup maupun sesama hidup. Juga memperpendek umur oleh karena kehidupannya yang merugikan keseimbangan hidup maupun bagi sesama manusia. Dan lain-lain pertimbangan.

Langit Kapataran

Langit Kapataran dipimpin oleh Apo atau Opo  Kopero yang dibantu Apo atau Opo  Marendor. Langitnya bersifat tanah yang membela kehidupan.  Apo atau Opo  Kopero mempunyai kuasa khusus untuk mengetahui kualitas fisik, jiwa maupun mental dan spiritual pribadi seseorang manusia. 

Sebagaimana sifat tanah, ada yang subur dan gersang, berbatu dan berpasir, demikian pula manusia. Apo atau Opo Kopero lebih melambangkan kuasa dan kekuatan nyata. Dia lebih menjurus kepada kenyataan kehidupan manusia sebagaimana adanya. Kalau Apo atau Opo  Kumokomba memberi bantuan pertolongan melalui kekuatan dan kuasa gaib, dan manusia menerima tanpa harus memikirkan atau menerima dengan iman.

Apo atau Opo  Kopero lebih cenderung untuk menuntun dan membantu manusia melalui akal dan perasaan, agar manusia itu sadar akan apa yang diperbuatnya dan percaya diri. Maka kuasa gaib hanya dapat diberikan bilamana manusia benar-benar mengalami kebuntuan. Karena bilamana manusia itu terus-menerus menerima bantuan kuasa gaib, dia tidak akan dapat berdiri sendiri dan bahkan tidak percaya diri dan berkemampuan. 

Apo atau Opo  Marendor adalah Apo atau Opo  yang sebagian tubuhnya terdiri dari batu (sifat Apo atau Opo  yang abadi) dan sebagian tubuh bawahnya terdiri dari daging (terbalik dengan Apo atau Opo  Kerito). Maka cara berpikir dan menilai adalah seperti sifat Apo atau Opo  namun menguasai tingkah laku manusia. 

Hubungan ke atasnya adalah ke Kasendukan. Sedangkan hubungan ke bawahnya adalah ke Kayoba'ang Malesung. Tugas-tugas pokok yang dilaksanakan para Opo atau Apo di langit Kapataran adalah menentang pemberian kuasa pertolongan gaib dengan tanpa mengukur kemampuan seseorang dari segala segi. 

Selain itu juga menolong dan menuntun manusia atas akal dan perasaan. Namun dapat pula memberi kuasa pertolongan gaib. Disebutkan bahwa Apo atau Opo  Kopero tidak pernah memberi kuasa pertolongan gaib untuk waktu yang lama, namun hanya untuk saat-saat yang dibutuhkan. Apo atau Opo  Kopero bukanlah seorang Apo atau Opo yang memberi kekuatan untuk perang atau berkelahi, namun dia adalah seorang Apo atau Opo  yang pandai mengatur strategi perang dan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan dan menunggu saat tepat untuk menundukkan lawan.

Di Kapataran, semua pembelaan disusun untuk mu’kur atau muku’d yang akan diadili di Kasendukan. Maka mu’kur atau muku’d itu dengan bebas dapat mengemukakan masalahnya karena tidak ada satu rahasia yang dapat mereka simpan di hadapan Apo atau Opo  Kopero.


* Tulisan ini merupakan hasil kerja dari komisi yang beranggotakan seluruh wakil dari kaum-kaum di tanah Minahasa untuk menggali sejarah asal-usul, budaya termasuk hukum adat dan kepercayaan atau agama masa lampau serta banyak hal-hal lainnya. Mereka mulai bekerja pada 8 Maret 1854 dan menyelesaikan tugas pada 25 Januari 1896 dengan hasil tiga bundel terkait hukum adat Minahasa. Tulisan ini kemudian disusun ulang dan diperbaharui bahasanya oleh beberapa orang. Termasuk yang terakhir, yang lebih suka dipanggil dengan nama Natetomalesa. 


Comments