Seperti Apa Kitab Agama Malesung Itu?

oleh Laloan


Dalam pandangan mainstream, kitab atau buku ajaran wajib dimiliki oleh setiap agama atau komunitas kepercayaan. Sehingga, ada anggapan, bila ada komunitas agama tanpa kitab maka dianggap sebagai bukan agama. 

Apakah pandangan ini benar? Tentu saja salah. Sebab, bila kita pelajari semua sejarah agama, hampir tidak ada agama yang dimulai terlebih dahulu dengan kemuncul kitab dari agama yang bersangkutan. Selalu saja kitabnya ditulis setelah suatu periode tertentu selesai. 

Dan biasanya kitab itu rampung ditulis setelah tokoh pembawa ajarannya meninggal. Atau telah selesai tugasnya di dunia. Jadi, sekali lagi, kitab ajaran ditulis belakangan setelah ada satu peristiwa besar. Dengan demikian, semua agama awalnya tidak memilki kitab. Agama-agama pada awalnya agama-agama tanpa kitab. Atau agama dengan tradisi lisan.

Bagaimana dengan agama Malesung hari ini?

Walian sedang menata Umper (sesajian)

Pemerintah Indonesia menuntut agar setiap organisasi agama leluhur (asli Nusantara) memiliki ajaran tertulis. Hal ini dimaksudkan agar tak ada salah paham dari pihak luar terhadap agama itu. Selain itu, ketersediaan kitab ajaran untuk mempermudah orang muda atau orang luar dalam mempelajarinya. 

Ketersediaan kitab ajaran juga dianggap sebagai salah satu upaya pelestarian ajaran agama itu sendiri. Alasan-alasan itu tentu mengandung kebenaran. 

Tapi ajaran tertulis bukan satu-satunya cara dalam mengekalkan ajaran suatu agama atau kepercayaan. Tentu ada banyak metode dan jalannya. Tradisi lisan bahkan lebih lama dari tradisi tertulis. Tradisi lisan terbukti banyak mewariskan memori kolektif bagi umat manusia. Ajaran tersimpan dalam upacara-upacara dan tradisi komunitas.

Apakah agama Malesung boleh memiliki kitab ajaran?

Jawabannya: ya bisa saja. Dan tak ada salahnya. Namun tentu perlu ada upaya bersama untuk menyusunnya. Kitan ajaran Malesung itu bisa digali dan dikaji dari tulisan-tulisan yang sudah tersedia. Dan tradisi lisan yang masih ada. Itu semua dikumpulkan dan disusun menjadi satu kesatuan. Tentu  inti dari buku ajaran itu adalah untuk mengarahkan dan menuntun warga ke jalan yang lurus atau jalan kebenaran sebagaimana yang selalu diulang-ulang disampaikan oleh para leluhur dari satu zaman ke zaman berikutnya. 

Kita ajaran organisasi agama Malesung LAROMA

Ada banyak kisah yang bersifat sejarah yang telah ditulis. Ada banyak pula kumpulan lagu, syair, tembang, puisi, tatacara upacara  yang tertulis dan sangat layak untuk dilestarikan dan dijadikan sumber ajaran. Karena upacara-upacara itu sendiri adalah pustaka dan sumber ajaran.  Walaupun sumber-sumber tertulis itu tidak bisa kita tetapkan secara kaku sebagai sumber satu-satunya ajaran tentang moral etika Malesung. Jadi, antara yang tertulis dan lisan itu dapat saling melengkapi.


Dengan demikian, sudah saatnya kita membentuk satu regu yang bertugas mengumpulkan ajaran-ajaran tertulis itu. Dan sudah menjadi kebutuhan kita juga mencatat pesan-pesan leluhur saat upacara diselengggarakan. 
Selain itu perlu didorong warga-warga Malesung dengan talenta khusus untuk menggali dan mengembangkan ajaran leluhur. Misalkan menulis puisi dan menciptakan  lagu-lagu baru yang sejaran dengan ajaran leluhur. Karya-karya seni (lukis, ukir, dll) juga mestinya dihidupkan kembali. Karena akan sangat mendukung dalam pewarisan ajaran luhur.

Karena leluhur kita telah berkarya di masa lalu. Mereka telah meninggalkan banyak bekal dan ilham untuk kita manfaatkan hari ini. Artinya dengan kemudahan yang terbatas leluhur kita menciptakan banyak karya-karya, masakan kita hanya menciptakan sedikit atau tidak ada sama sekali. Apa yang akan kita wariskan kepada cucu kita?

Buku karya orang Minahasa yang terbit tahun 2023 


Comments