Sistem Keyakinan Orang Malesung


Apa Itu Agama Atau Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa?

Agama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah suatu bentuk ikatan spiritual antara manusia dengan sesuatu yang diyakini mempunyai kuasa, kekuatan dan sifat serba maha. Ikatan spiritual itu mengikat kehidupan manusia dalam bentuk apa yang disebut iman. Sesuatu yang timbul dalam diri seseorang yang mengikat pikiran dan perasaan bahkan keseluruhan seseorang untuk menerima dengan sukarela dan penuh penyerahan atau tunduk kepada suatu kuasa atau kekuatan yang tidak terlihat atau abstrak. 

Oleh karena  ada keterikatan yang menyangkut manusia dengan kuasa tersebut, timbullah ketentuan-ketentuan yang wajib dipatuhi, yaitu peraturan atau hukum yang mengandung petunjuk perihal yang baik, buruk, upah dan sanksi. Peraturan atau hukum tersebut menyangkut moral atau etika kehidupan menyangkut: 1) Hubungan manusia dengan Yang Maha Kuasa, dikenal sebagai pencipta langit, bumi beserta segala isinya, 2) Hubungan antara sesama manusia, dan 3) Hubungan manusia dengan alam sekelilingnya yang semuanya adalah ciptaan Tuhan.

Peraturan Keseimbangan Hidup Agama Malesung

Semuanya membentuk mata rantai bagi masyarakat Malesung yang dikenal sebagai peraturan keseimbangan hidup. Dalam melaksanakan kewajiban di atas, masyarakat Malesung mewujudkannya dalam bentuk ekspresi tindakan berupa tatacara peribadatan mulai yang terkecil atau rumah tangga sampai untuk kepentingan negeri untuk berbagai ragam maksud. Adapun segala sesuatunya itu dipatuhi dengan sepenuhnya oleh keyakinan untuk memperoleh penghidupan yang baik di bumi maupun di alam baka.

Manusia Malesung percaya bahwa di samping kehidupan ini dikelilingi oleh alam gaib yang mengandung kekuatan tertentu dan tidak terlihat. Kekuatan dari kuasa ini menimbulkan pengaruh keseimbangan dalam kehidupan alam kaoatan atau kayobaan (bumi) ini.

Kuasa ini dapat bersifat sebagai kekuatan penolong bagi manusia dan dapat berubah menjadi pengganggu atau penghancur. Oleh karenanya, mereka dikenal sebagai kuasa keseimbangan hidup. Karena berfungsi sebagai penunjuk atau penuntun, pengurus atau pengawas kehidupan. Namun juga sebagai pencoba dan penghancur  atau penghukum kehidupan. Bahwa udara, air, api, segala benda dan kejadian langit, batu, tumbuhan, binatang dan tanah dengan segala isinya mengandung unsur kekuatan yang dipengaruhi oleh kuasa keseimbangan di atas. 

Masyarakat Malesung pada masa lalu sangat dekat dengan alam. Mereka percaya bahwa semua benda yang ada di kolong langit, termasuk kaoatan atau kayobaan dengan segala isinya, memiliki jiwa (muku’d atau mu’kur). Oleh karenanya, semua kebutuhan hidup manusia menyangkut penggunaan benda tersebut di atas harus menggunakan tatakrama atau persyaratan melalui tatacara meminta izin. Tatacara meminta izin diadakan untuk memohon kepada benda yang akan mereka pakai maupun kepada kuasa yang menjaga keseimbangan kehidupan alam.

Pada dasarnya, setiap gerak langkah manusia Malesung, baik pribadi, keluarga dan masyarakat terikat dengan berbagai tatacara, kewajiban dan larangan. Semuanya dilakukan karena mengingat manusia dalam pribadinya adalah bagian dari alam. Sangat disayangkan, tatacara, kewajiban dan larangan dalam agama asli Malesung tidak direkam.

Pemilihan Walian atau Imam dan Sumber Ajaran Agama Malesung

Para imam Malesung di masa lalu tidak dipilih dan diangkat oleh masyarakat, melainkan terpilih oleh kuasa gaib atau oleh kehendak Tuhan Yang Maha Esa, yakni melalui tatacara maupun upacara sakral atau gaib. Atas dasar alasan di atas, jabatan imam, yang disebut walian, tidak bersifat turun-temurun. Kecuali terpilih melalui kuasa gaib. 

Di samping itu walian dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk gaib tentang apa yang harus dilakukan sehingga tidak perlu menghafal segala peraturan dan tatacara dari berbagai jenis dan maksud peribadatan. Sangat mungkin oleh kedua sebab di atas serta berbagai faktor lainnya yang menyebabkan tidak adanya peninggalan tertulis mengenai tatacara agama Malesung.

Peralatan dan Perlengkapan Peribadatan Agama Malesung

Adapun peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam melaksanakan upacara peribadatan, juga terdapat sedikit perdebatan. Peralatan dan perlengkapan di samping ada ketentuan wajib, juga ada yang disiapkan sesuai dengan yang mudah didapat di wilayah atau di sekitar tempat dilakukan upacara. Yang menjadi ketentuan wajib adalah jenis benda yang mudah didapat serta tersebar di tanah Malesung, seperti jenis tumbuhan tertentu yang selalu menjadi inti, yang dianggap mempunyai hubungan sakral atau magis. 

Namun agama Malesung tidak juga kaku untuk menekan kebutuhan benda upacara tersebut. Dimana terdapat sekumpulan masyarakat Malesung menetap, baik di pelosok manapun di tanah Malesung maupun di perantauan pasti akan ada orang yang terpilih dan diangkat secara gaib menjadi walian di tempat tersebut. Demikian halnya dengan benda kebutuhan untuk upacara juga tidak mengikat karena segala sesuatu dapat disesuaikan dengan apa yang bisa didapat di sekitarnya sesuai petunjuk gaib.

Comments