Tou (orang) Minahasa awalnya hanya sebutan untuk orang-orang atau kaum keturunan leluhur Apo Lumimuut dan Apo Toar. Kaum keturunan dua leluhur besar ini, dari Wulur Maatus di selatan Minahasa, berkembang dan menyebar ke seluruh tanah Malesung (Minahasa). Kemudian mereka terbagi-bagi dalam golongan-golongan yang memiliki wilayah dan bahasanya sendiri. Mereka ini yang disebut sebagai suku Tontemboan, Tombulu, Tondano atau Tolour, Tonsea. Pada masa sesudahnya, ada suku lainnya juga yang dihubung-hubungkan dengan kedua leluhur itu. Mereka adalah Tonsawang, Pasan, Ratahan dan Bantik.
Di hari ini istilah tou Minahasa telah mengalami perluasan makna. Yang dinamakan orang Minahasa kini adalah kaum keturunan Apo Lumimuut dan Apo Toar serta orang-orang yang datang tinggal menetap di tanah Minahasa dan berkomitmen hidup bersama dan mengedepankan prinsip saling menghargai perbedaan: suku, agama atau kepercayaan, dan asal-usul.
Kata tou bermakna hidup, aktif, giat dan tumbuh. Bukan mati, pasif, diam dan layu. Penghayat kepercayaan Malesung adalah umat nan istimewa yang diberikan tanggungjawab yang besar untuk memberi keuntungan bagi banyak orang. Umat Malesung dituntut untuk berlaku adil dan berbagi kekayaan dengan sesama demi keseimbangan hidup. Umat Malesung dianugerahi kekuatan dan keperkasaan untuk mengusahakan tanah dan melindunginya dari serangan musuh jahat dari luar. Umat Malesung juga diserahi tugas untuk membantu sesama untuk hidup dan berkembang.
Dengan kata lain, tak ada amanat bagi kita untuk rakus, tamak, menindas, menjajah, malas, dan menghalangi perkembangan hidup manusia lain. Leluhur yang bernama Kamang Kala, seorang Tonaas Walian Wangko berkata, "Sapa ke si kayoba'ang anio tanata im baya. Asi endo makasa, sa me'em si ma'api, wetengen e patu'usan. Wetengen eng kayoba'ang. Tumani e kumeter. Mapar e waranei. Akad se tu'us tumou wo tumou tou."
Yang artinya, adapun dunia ini adalah tanah kita semua. Pada suatu hari, bila si pemberi tanda telah membawa kabar baik, bahagilah wahai para panutan umat. Bahagilah dunia ini. Dirikan perkampungan wahai orang-orang pekerja keras. Usahakan dan kelolahlah banyak tanah, wahai pelindung negeri. Sampai semua keturunanmu hidup dan menolong orang-orang lain hidup.
Pesan mulia ini diingatkan kembali dan diperkuat lagi oleh leluhur lain yang bernama Ngeluan. Tonaas Walian Wangko itu menuturkan, "Sa kita esa sumeser cita. Sa cita semeser esa cita. Tumani e tountumuwu. Am bawaya, sapa ke em petaled, sarun sia. En atenu karengan pute wo eng kakete i watu anio. Ambisa ke eng kateka'an nu mapad ko. Ta'an kawisa ke iwe'e mio an deken em pused e Opo."
Maknanya, bila kita satu, berhimpun teguhlah kita. Bila kita teguh satulah kita. Dalam kesemuanya, bila berjumpa apa saja, hadapilah. Hatimu mestilah sekeras batu itu. Dimana saja kau berada kuasai dan jadilah ahli dalam bidang itu. Namun, kapan saja, biarlah Tuhan Yang Maha Kuasa yang menjadi pusat segala-galanya.
Dengan demikian, kehadiran tou Minahasa di dunia ini adalah untuk mempertontonkan kemuliaan Yang Maha Kuasa kepada siapa saja melalui laku hidup yang menerapkan prinsip keseimbangan yang baik dan berguna bagi sesama dan alam semesta. Laku hidup itu telah diajar kepada kita melalui kisah-kisah leluhur yang diurai orang-orang tua kita. Keberadaan kita di muka bumi adalah untuk memberi kesaksian mengenai amanat Tuhan kepada kita semua.
Di hari ini istilah tou Minahasa telah mengalami perluasan makna. Yang dinamakan orang Minahasa kini adalah kaum keturunan Apo Lumimuut dan Apo Toar serta orang-orang yang datang tinggal menetap di tanah Minahasa dan berkomitmen hidup bersama dan mengedepankan prinsip saling menghargai perbedaan: suku, agama atau kepercayaan, dan asal-usul.
Kata tou bermakna hidup, aktif, giat dan tumbuh. Bukan mati, pasif, diam dan layu. Penghayat kepercayaan Malesung adalah umat nan istimewa yang diberikan tanggungjawab yang besar untuk memberi keuntungan bagi banyak orang. Umat Malesung dituntut untuk berlaku adil dan berbagi kekayaan dengan sesama demi keseimbangan hidup. Umat Malesung dianugerahi kekuatan dan keperkasaan untuk mengusahakan tanah dan melindunginya dari serangan musuh jahat dari luar. Umat Malesung juga diserahi tugas untuk membantu sesama untuk hidup dan berkembang.
Dengan kata lain, tak ada amanat bagi kita untuk rakus, tamak, menindas, menjajah, malas, dan menghalangi perkembangan hidup manusia lain. Leluhur yang bernama Kamang Kala, seorang Tonaas Walian Wangko berkata, "Sapa ke si kayoba'ang anio tanata im baya. Asi endo makasa, sa me'em si ma'api, wetengen e patu'usan. Wetengen eng kayoba'ang. Tumani e kumeter. Mapar e waranei. Akad se tu'us tumou wo tumou tou."
Yang artinya, adapun dunia ini adalah tanah kita semua. Pada suatu hari, bila si pemberi tanda telah membawa kabar baik, bahagilah wahai para panutan umat. Bahagilah dunia ini. Dirikan perkampungan wahai orang-orang pekerja keras. Usahakan dan kelolahlah banyak tanah, wahai pelindung negeri. Sampai semua keturunanmu hidup dan menolong orang-orang lain hidup.
Pesan mulia ini diingatkan kembali dan diperkuat lagi oleh leluhur lain yang bernama Ngeluan. Tonaas Walian Wangko itu menuturkan, "Sa kita esa sumeser cita. Sa cita semeser esa cita. Tumani e tountumuwu. Am bawaya, sapa ke em petaled, sarun sia. En atenu karengan pute wo eng kakete i watu anio. Ambisa ke eng kateka'an nu mapad ko. Ta'an kawisa ke iwe'e mio an deken em pused e Opo."
Maknanya, bila kita satu, berhimpun teguhlah kita. Bila kita teguh satulah kita. Dalam kesemuanya, bila berjumpa apa saja, hadapilah. Hatimu mestilah sekeras batu itu. Dimana saja kau berada kuasai dan jadilah ahli dalam bidang itu. Namun, kapan saja, biarlah Tuhan Yang Maha Kuasa yang menjadi pusat segala-galanya.
Dengan demikian, kehadiran tou Minahasa di dunia ini adalah untuk mempertontonkan kemuliaan Yang Maha Kuasa kepada siapa saja melalui laku hidup yang menerapkan prinsip keseimbangan yang baik dan berguna bagi sesama dan alam semesta. Laku hidup itu telah diajar kepada kita melalui kisah-kisah leluhur yang diurai orang-orang tua kita. Keberadaan kita di muka bumi adalah untuk memberi kesaksian mengenai amanat Tuhan kepada kita semua.
Comments
Post a Comment