Orang Malesung masa lalu tidak pernah mengenal bahwa manusia itu terbentuk
dari tiga unsur sebagaimana yang kita kenal sekarang ini, yaitu tubuh, jiwa dan
roh. Mereka mengetahui bahwa manusia itu terbentuk dari dua unsur yaitu awak atau owak atau tubuh kasar dan mu’kur atau muku’d atau tubuh halus.
Adapun tubuh Empung Wailan Wangko terdiri
dari dua zat utama, yakni zat sifat atau
kaependan dan zat benih atau kaesuru. Maka mu’kur atau muku’d manusia
terdiri dari hanya sebagian kecil jumlah dan jenis kaependan yang dimilikiNya. Maka kaependan ini adalah zat yang hidup dan bergerak atau aktif. Adapun
mu’kur atau muku’d manusia adalah maoge atau sumber gerak dan kaentean atau kekuatan yang menciptakan dan mempengaruhi otak
sehingga timbul pendan, genang dan siwon, yaitu rasa atau perasaan, pikiran
dan gerakan. Maka mu’kur atau muku’d itu memakai bagian otak dari awak atau owak untuk menyatakan kehendaknya.
Maka awak atau owak manusia
terdiri dari hanya sebagian kecil jumlah dan jenis kaesuru yang dimilikiNya. Maka kaesuru
adalah zat yang hidup namun diam atau pasif. Maka awak atau owak yang
ditinggalkan mu’kur atau muku’dnya disebut awak atau owak yang diam
karena semua panca indera maupun naluri tidak berfungsi, semua kekuatan dan
kuasa gerak hilang. Maka pusu atau
jantung yang adalah bagian dari awak atau
owak, sifatnya dapat dipengaruhi mu’kur
atau muku’d.
Namun dalam fungsi
kerjanya tidak dapat dipengaruhi mu’kur atau muku’d. Oleh karena itu, awak atau owak yang ditinggalkan mu’kur
atau muku’d tidak akan mati
selama pusu masih bekerja. Tubuh kasar
atau awak atau owak yang ditinggalkan mu’kur
atau muku’dnya, apabila tidak ada
pertolongan dari orang lain, akan mati karena tidak ada yang bisa memberi
makan. Oleh karena itu, orang Malesung bila membunuh binatang harus memotong
kepalanya atau menusuk pusu ataupun
merendam kepala ke dalam air.
Adapun mu’kur atau muku’d itu mulai melatih manusia sejak
dalam rahim ibu dan bimbingannya terhadap awak
atau owak itu bertahap dan sesuai
kemampuan yang dapat diterima oleh otak yang adalah bagian dari awak atau owak. Mu’kur atau muku’d. Sejak dibentuk dan memasuki awak atau owak dan bahkan setelah meninggalkan awak atau owak tidak
pernah beristirahat dan tetap bekerja. Hanya awak atau owak yang
membutuhkan waktu istirahat setelah bekerja sepanjang hari. Kekuatan mu’kur atau muku’d itu sangat besar. Namun disesuaikan dengan kemampuan awak atau owak. Sebagaimana awak atau owak, mu’kur atau muku’d dapat pula lenyap apabila Dia menguraikan kembali menjadi
zat sifat yang membentuk tubuhNya.
Mu’kur atau
muku’d dapat meninggalkan awak atau owak untuk seterusnya atau sementara
waktu, misalnya bila seseorang anak atau bayi dikagetkan. Bila kepala seseorang
terkena benturan keras dan bila ada mu’kur
atau muku’d luar yang kuat,
memasuki awak atau owak tersebut serta mendorong mu’kur atau muku’d asli keluar.
Mu’kur atau
muku’d yang meninggalkan awak atau owak dapat kembali masuk, terkecuali
disandera oleh sesuatu kekuatan atau mu’kur
atau muku’ dlainnya. Untuk itu
harus ada seseorang yang pandai untuk mengatasi serta pergi mencari dan membawa
kembali mu’kur ke dalam awak atau owaknya.
Ada orang yang kemasukan mu’kur atau muku’d lain pada acara tertentu. Dalam
hal ini, mu’kur atau muku’d tertentu dari luar akan memasuki
awak atau owak tanpa mendorong mu’kur atau muku’d asli keluar. Karena itu awak atau owak akan terbeban karena memikul dua mu’kur atau muku’d.
Itulah sebabnya orang yang dijadikan alat ini akan merasa sangat lelah setelah mu’kur atau muku’d pendatang keluar.
Orang Malesung tidak mengenal arti penyakit jiwa. Mereka menyebut penyakit
kepala. Manusia yang mengalami cacat otak dapat membuat mu’kur atau muku’d tak
dapat mempergunakan otak itu sepenuhnya. Otak yang cacat menyebabkan mu’kur atau muku’d itu hanya dapat merangsang bagian otak yang belum cacat,
sehingga hanya beberapa rangsangan yang dapat membuat awak atau owak terangsang
dalam suatu keterbatasan. Makin besar kerusakan pada otak makin sempit
aktifitas yang dapat dibuat mu’kur atau muku’d. Awak atau owak yang mati,
dimana jantung berhenti bekerja, maka mu’kur
atau muku’d itu akan
meninggalkannya.
Alam di dalam Ririmpuruan ini
terdapat kayoba,ang yang terbuat dan dibuat oleh Empung Walian Wangko dari zat suru dan zat pendan yang dari padaNya. Selama Ririmpuruan ini berada, maka para Empung maupun Apo atau Opo dan juga mu’kur atau muku’d yang
dijadikan abadi, tetap ada. Bila Dia menguraikan kembali seluruh alam Ririmpuruan dengan segala isinya,
kembali menjadi zat asli, maka berakhirlah keabadian itu.
Comments
Post a Comment