Ilham Ketegaran Umat Malesung

Kata tou dalam bahasa Malesung atau Minahasa berarti manusia atau orang. Selain itu, kata tou  juga berarti tumbuh, berkembang, hidup, aktif, dan giat. Segala yang hidup disebut se menonou. Yang sedang hidup atau bertumbuh dinamakan se ma'tou. Dengan demikian yang tidak aktif, mati, tidak berkembang, tak bertumbuh disebut se nimatem.

Umat (Tou) yang menganut agama Malesung sedari baru lahir telah diperkenalkan kepada kisah-kisah kepahlawanan para pendahulu yang kualitas hidupnya menginspirasi tou Minahasa agar menjadi manusia-manusia yang tegar dalam kehidupan.

Sebagaimana leluhur (apo) Toar yang adalah manusia perkasa (ta'as), begitu pula keturunannya (paluimpung) harus jadi. Sebab kata Toar sendiri berarti tu'ur atau tunggul (pangkal sisa kayu yang ditebang yang bagian bawahnya masih terpancang dalam tanah. Meski telah ditebang ia masih bisa bertahan hingga puluhan tahun.) 

Tou Malesung yang terpilih karena kualitas jasmania di atas biasanya disebut sebagai orang-orang kuat perkasa (se keter).  Merekalah yang berada di barisan terdepan dalam mendirikan pemukiman dan menjelajah kemungkinan-kemungkinan baru. Dan mereka yang berperan besar tatkalah umat Malesung dalam keadaan terancam oleh musuh luar nan jahat disebut sebagai se waranei atau para pelindung negeri.

Dalam memerangi musuh, pimpinan para waranei ini senantiasa memekikkan ungkapan 'iyayat u santi'. Secara harafiah ungkapan itu bermakna angkat dan acung-acungkan pedang santimu. Deretan tiga kata ini bermaksud agar pasukan jangan kendor semangat juangnya. Juga untuk mengingatkan bahwa mereka tetap harus tegak dan jangan hilang harapan. Sebab merekalah andalan seluruh umat yang kurang kuat serta lemah: yang sedang sakit, anak-anak serta mereka yang sudah uzur atau lanjut usia.

Iyayat u santi adalah semboyan yang merupakan bagian dari lambang atau logo pemerintahan Kabupaten Minahasa. Tentu saja semboyan ini bukan sebagai seruan untuk membangkitkan kebencian. Bukan pula membenarkan tindakan kekerasan membabi buta dan tak bertanggungjawab. Melainkan ajakan untuk bertahan dan mempertahankan hidup (survive). Pedang Santi di Minahasa, sejatinya dirancang bukan sebagai instrumen berperang. Tapi selaku alat kerja untuk memudahkan dalam mengelolah perkebunan atau pertanian. Ia serupa dengan alat-alat kerja masa kini seperti traktor, komputer, gergaji, martil, pahat dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, ungkapan iyayat u santi hingga kini masih bergema. Tetap terus dituturkan di ruang-ruang kehidupan. Apalagi di saat menghadapi persoalan penyakit yang membelit, masalah yang pelik, tantangan yang sukar, pekerjaan yang rumit, musibah yang berat serta kerugian yang besar. Apapun itu kita harus hadapi. Termasuk pandemi covid19. Iyayat u santi!

Comments